Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kandungan Senyawa Kavikol Pada Buah Pala Bermanfaat Untuk Menurunkan Risiko Diabetes, Simak Khasiat Buah Pala Selengkapnya

 


Natulogy.com - Pala merupakan salah satu rempah-rempah yang telah menjadi komoditas ekspor terlaris dari Indonesia selama berabad-abad.

Tanaman pala memiliki sejarah panjang sebagai emas hijau Nusantara yang diperebutkan oleh negara-negara di dunia.

Meskipun pada saat itu biji pala telah disebarkan di beberapa negara oleh kolonial Inggris pada saat penduduknya, namun pala tetap dianggap sebagai buah emas endemis Indonesia hingga kini. Pala Indonesia menjadi mercusuar rempah bagi negara-negara di dunia.

Sejarah Pala di Indonesia

Pala telah menjadi urat nadi perekonomian masyarakat sejak dulu. Pala kemungkinan salah satu rempah yang berevolusi di Belanda selama berabad-abad lamanya.

Pada awal 1600-an, VOC berhasil menguasai Belanda dan memaksakan monopoli terhadap pala. Pada tahun 1616, Inggris juga datang dengan niat yang sama.

Perebutan ini pun berlangsung cukup lama karena monopoli perdagangan pala dan bunganya baru berakhir pada tahun 1860.

Pada masa kolonial, buah pala menjadi komoditas ekspor yang sangat penting bagi Indonesia. Bahkan, harga pala pada waktu itu cukup menggiurkan dan setara dengan emas.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16 di Maluku juga dilatarbelakangi oleh ambisi kekuasaan terhadap daerah penghasil rempah seperti pala.

Pentingnya Peran Pala bagi Indonesia

Pala menjadi salah satu komoditas ekspor yang sangat penting bagi Indonesia. Pada tahun 2015, produksi pala di Indonesia mencapai kurang lebih 33.000 ton dengan luas area tanam kurang lebih 168 hektar.

Maluku dan Papua menjadi sentra pala terbesar disusul Aceh dan Sulawesi Utara. Pala juga masih menjadi komoditas ekspor unggulan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, perkembangan volume super pala Indonesia selama periode 1980 hingga 2015 cukup fluktuatif namun cenderung meningkat.

Pada tahun 2015, volume ekspor pala mencapai kurang lebih 17.000 ton dengan nilai kurang lebih 100,141 juta US Dollar. Tahun 2020 tercatat nilai ekspor pala Indonesia sebesar 22,821 ton dengan nilai sebesar kurang lebih 158,42 juta dolar Amerika.

Pala Indonesia menjadi salah satu penghasil pala terbesar di dunia selain Guatemala, India, Nepal, dan Laos. Penguasaan pala Indonesia di pasar dunia cukup terbilang baik.

Indonesia masih dianggap sebagai produsen dan eksportir biji serta fuli para terkemuka di dunia dengan penguasaan pasar mencapai 75%.

Aroma dan cita rasa pala Indonesia yang khas serta rendemen minyak yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar luar negeri khususnya Eropa.

Masalah Kualitas Pala Indonesia

Di tengah lalu lintas ekspor yang kian meningkat, kasus cemaran residu alfatoksin pada biji pala menjadi pemicu penolakan oleh importir sehingga mengakibatkan kerugian negara serta berkurangnya nilai devisa.

Pala Indonesia terkontaminasi alfatoksin meski diminati sejak 2009. Pala Indonesia mengalami beberapa kali penolakan dari Uni Eropa bahkan pada tahun 2016 hingga 2017 terjadi sekitar 31 kali penolakan ekspor pala.

Masalahnya ada pada kualitas dan standar mutu komoditas. Kabarnya, pala Indonesia terkontaminasi alfatoksin dalam jumlah yang melebihi kualitas maksimum yang telah ditetapkan.

Alfatoksin merupakan metabolit sekunder cendawan yang bersifat toksik pada manusia dan hewan.

Alfatoksin dapat merusak hati, menyebabkan kanker hati, perubahan genetik permanen, dan menimbulkan kelainan anatomis.

Terkait kandungan alfatoksin dalam pala Indonesia, Uni Eropa telah menetapkan batas maksimum residu alfatoksin B1 sebesar 10 mikrogram per kilogram (μg/kg) biji pala.

Namun, hasil pengujian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa hampir 50% sampel pala yang diuji terkontaminasi alfatoksin di atas batas maksimum yang diperbolehkan.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pala Indonesia dan mengurangi kontaminasi alfatoksin.

Upaya tersebut meliputi pengawasan ketat terhadap produksi dan pengolahan pala, pelatihan petani dalam penggunaan bahan pestisida yang aman, serta pengembangan varietas pala yang tahan terhadap penyakit.

Manfaat Pala bagi Kesehatan

Selain menjadi komoditas ekspor yang penting, pala juga memiliki manfaat kesehatan yang banyak.

Pala mengandung senyawa aktif seperti eugenol, kavikol, dan safrol yang memiliki aktivitas antimikroba, antijamur, anti-inflamasi, dan antioksidan. Beberapa manfaat kesehatan dari pala antara lain:

  1. Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular: Pala mengandung senyawa eugenol yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung.

  2. Menurunkan risiko diabetes: Pala mengandung senyawa kavikol yang dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah.

  3. Mengurangi inflamasi: Pala mengandung senyawa eugenol dan kavikol yang memiliki aktivitas anti-inflamasi dan dapat membantu mengurangi inflamasi pada tubuh.

  4. Meningkatkan kesehatan pencernaan: Pala mengandung serat yang baik untuk pencernaan dan dapat membantu mengurangi masalah pencernaan seperti sembelit.

Secara keseluruhan buah pala merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia yang memiliki sejarah panjang sebagai rempah emas Nusantara.

Meskipun pala Indonesia masih menghadapi masalah kualitas, namun pala tetap menjadi salah satu penghasil pala terbesar di dunia dan memiliki manfaat kesehatan yang banyak.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pala dan mengurangi kontaminasi alfatoksin sehingga dapat meningkatkan daya saing pala Indonesia di pasar internasional.***

Posting Komentar untuk "Kandungan Senyawa Kavikol Pada Buah Pala Bermanfaat Untuk Menurunkan Risiko Diabetes, Simak Khasiat Buah Pala Selengkapnya"